Kamis, 06 Januari 2011

6.000 Hektare Sawah Terancam tak Dapat Digarap

Wed, Jan 5th 2011, 11:08

BLANGPIDIE- Pembangunan kanal Irigasi Teknis Babahrot, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) dengan membangun tanggul dari batu gajah secara melintang sungai dinilai salah kaprah. Setelah tanggul kanal dibangun justru menimbulkan persoalan besar terhadap ribuan petani. Pasalnya, intake (mulut tanggapan air) irigasi tidak mampu menangkap air akibat tersumbat batu kerikil sampai ke dalam saluran induk. Dampak dari peristiwa tersebut, menurut Camat Babahrot, Agussalim kepada Serambi, Selasa (4/1) kemarin, tidak kurang 6.000 hektare areal persawahan rakyat terancam tidak bisa digarap musim tanam (MT) gadu 2011 yang dimulai pertengahan Januari ini.

Areal sawah jangkauan jaringan irigigasi teknis Babahrot yang terancam kekeringan itu, menurut Camat tersebar dalam enam gampung/desa, meliputi Gampong Pante Rakyat, Gampong Persiapan Blang Raja, Gampong Persiapan Rukun Damai, Gampong Ie Mirah, Dusun Teladan I dan II Gampong Pante Cermin dan Dusun Cot Seumantok Gampong Alue Jerjak. Pembangunan tanggul kanal irigasi tenis tersebut merupakan proyek dari Dinas Pengairan Provinsi Aceh pada Agustus 2010 lalu. Kanal dibentuk dengan membangun tanggul dari batu gajah (batu besar) merip pematang secara melintang arus Krueng Babahrot.

“Tujuannya agar air masuk lebih maksimal ke dalam intake dan saluran induk. Tapi yang terjadi sebaliknya, bukan air yang masuk, melainkan batu kerikil sampai ke dalam saluran induk,” kata Camat Agussalim. Tanggul dengan cara menyusun batu gajah itu pun dilakukan secara asal-asalan karena baru sekitar tiga bulan, banyak batu gajah yang disusun jatuh diterjang arus. Dan yang lebih memprihatinkan bahwa, hanya beberapan meter dari mulut irigasi sudah muncul sebuah hamparan pantai setelah aliran sungai dibendung dengan tanggul dari batu gajah.

Saat pembangunan tanggul kanal dimulai, menurut Camat Agussalim beberapa keujruen melancarkan protes langsung kepada Bambang (petugas dari Dinas Pengairan Aceh) di lokasi. Karena menurut keujruen, pembangunan tanggul secara melintang sungai untuk membantuk kanal dinilai salah kaprah, tapi tidak dihiraukan. Apa yang dikhawatirkan para keujruen sudah menjadi kenyataan dan ribuan petani harus menanggung akibatnya. “Petani menuntut Dinas Pengairan Provinsi Aceh bertanggungjawab untuk membersihkan intake dan saluran induk irigasi yang sudah tersumbat batu kerikil. Bila tidak, petani akan melancarkan unjukrasa”.

Mereka sangat menyesalkan sikap petugas dari Dinas Pengairan Aceh yang tidak menanggapi masukan/saran dari petani yang diwakili para keujruen. Proyek pembangunan kanal itu pun sangat misterius, karena tidak diketahui pelaksananya, dan tidak pernah dilaporkan kepada keuchik dan camat. Sorotan keras tersebut disampaikan dalam “sidang rakyat” oleh Keuchik Pante Rakyat, Asbar Has, Ketua GP3A Babahrot, Salamuddin, Keuchik Ie Mirah, Jismi, Kejruen Alue Mentri, Akhir Ali serta keujruen dari Telan I dan II Desa Pante Cermin. Mereka minta, masalah besar yang meresahkan ribuan petani tersebut segera ditangani.(nun)

Sumber : Serambinews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar