Kamis, 26 Mei 2011

Abdya Terhindar dari Penalti

* Dokumen Perbup APBK 2011 Diserahkan ke Kemenkeu
Wed, Mar 30th 2011, 08:53

BLANGPIDIE - Dokumen Peraturan Bupati (Perbup) Nomor 8/2011 tentang APBK Aceh Barat Daya (Abdya) tahun 2011, yang mengacu pada plafon ABBK Abdya tahun 2010, telah diserahkan kepada Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI melalui Dirjen Perimbangan Keuangan Daerah. Sehingga Abdya yang sebelumnya masuk daftar sebagai salah satu dari 34 daerah di Indonesia yang terancam terkena penalti (denda) berupa pengurangan alokasi anggaran, menjadi terhapus.

Bupati Akmal Ibrahim SH saat ditanyai Serambi, Selasa (29/3), menjelaskan, dokumen Perbup tentang APBK 2011 telah diserahkan oleh Sekda, Drs Yufrizal S Umar kepada Dirjen Perimbangan Keuangan Daerah pada Kementerian Keuangan RI di Jakarta pada Kamis (23/3) lalu. Dokumen APBK 2011 yang ditetapkan dengan Perbup Nomor 8/2011 itu disesuaikan dengan Plafon Anggaran tahun 2010, lalu.

Dengan penyerahan dukumen Pembup APBK tersebut, menurut Bupati Akmal Ibrahim, Kementerian Keuangan RI telah menghapus nama Kabupaten Abdya dari daftar daerah bermasalah di Indonesia. “Saya ucapkan selamat kepada rakyat Abdya,” tulis Akmal Ibrahim dalam SMS kepada Serambi, Selasa siang, kemarin.

Hal yang sama juga disampaikan Sekda Abdya, Drs Yufrizal S Umar MSi ketika dihubungi, Selasa siang kemarin. “Soal anggaran, Abdya sudah aman setelah dokumen APBK 2011 diserahkan kepada Kementerian Keuangan,” katanya.

Sekarang ini, APBK Abdya dalam proses penyusunan DPA (daftar plafon anggaran). “Setelah DPA selesai, maka anggaran APBK sudah dapat dicairkan, termasuk anggaran untuk kegiatan,” ungkap Sekda Yufrizal, yang juga Ketua TAPK Abdya, itu.

Seperti diketahui, Bupati Abdya Akmal Ibrahim SH melalui surat tertanggal 26 Februari 2011 Nomor 900/290/II/2011, memerintahkan Ketua dan Anggota Tim Anggaran Pemerintah Kabupaten (TAPK) Abdya untuk menggunakan Plafon Anggaran Tahun 2010 yang besarannya Rp 320-an miliar. Penggunaan plafon anggaran 2010 itu terpaksa dilakukan karena belum tuntasnya pembahasan APBK 2011.

Kondisi ini terjadi selain karena aksi boikot yang dilancarkan sebagian besar anggota Dewan, juga karena adanya kendala serius, yaitu alat kelengkapan DRPK setempat belum dibentuk. Menghindari macetnya rutinitas pemerintahan, Bupati Akmal Ibrahim memutuskan meneken Perbup APBK 2011.(nun)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 09 Mei 2011

Cabai Merah di Abdya Rp 14.000/Kg

Sun, Mar 27th 2011, 08:45

BLANGPIDIE - Harga cabai merah terus mengalami penurunan menyusul panen yang berlangsung di sejumlah daerah. Di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) saat ini, cabai merah dilaporkan sudah berada di level Rp 14.000 per kilogram, turun dari pekan sebelumnya yang berkisar Rp 18.000 dan Rp 19.000.

Menurut pedagang, pasokan cabai dari dari Gayo Lues dan Medan memang sedang berlimpah. “Harga sangat dipengaruhi oleh pasokan cabai,” kata pedangan cabai di komplek pasar tradisonal Kota Blangpidie, Rian, kepada Serambi, Sabtu (26/3).

Kondisi yang sama juga terjadi pada cabai hijau. Harga jualnya turun dari Rp 15.000 menjadi Rp 10.000 per kilogram. Demikian juga cabai rawit yang turun dari Rp 22.000 menjadi Rp 15.000 hingga Rp 16.000 per kilogram. Bawang merah juga turun dari Rp 16.000 menjadi Rp 10.000 per kilogram, dan tomat dari Rp 6.000 menjadi Rp 5.000.(tz)

Sumber : Serambinews.com

Pembangunan PKS Abdya Tersendat

Sat, Mar 26th 2011, 12:59
Perusahaan Daerah dan Investor Pecah Kongsi

BLANGPIDIE - Pembangunan pabrik kelapa sawit (PKS) di kawasan Lhok Gayo, Pantee Rakyat, Kecamatan Babahrot, Aceh Barat Daya (Abdya), bakal tersendat menyusul pemutusan kontrak kerja sama yang dilakukan PT Shamira Agro Abdya (SAA) --anak perusahaan daerah Abdya-- terhadap PT Harita Jaya Raya (HJR), Jakarta. Surat pemutusan kontrak itu ditandatangani langsung oleh Direktur Utama PT SAA, Armiyus SE, mengetahui Komisaris HM Yunus Mawardi SH. Armiyus ketika dikonfirmasi membenarkan adanya pecah kongsi itu, namun dia tidak menjelaskan secara detail penyebabnya. “Benar, kontrak kerja sama sudah diputuskan,” katanya kepada Serambi, Jumat (25/3).

Armiyus melanjutkan, dengan berakhirnya kontrak kerja sama tersebut, saat ini pihaknya sedang mencari investor baru (lokal maupun luar negeri) yang bersedia menanamkan modalnya untuk kelanjutan pembangunan pabrik berkapisitas 30 ton TBS per jam itu. “Yang pasti PKS itu tetap dilanjutkan, namun kita belum bisa pastikan insvestor mana yang bakal kita gandeng,” jelasnya singkat. Menurut sebuah sumber, pemutusan kontrak sengaja dilakukan karena PT HJR mengabaikan beberapa kesepakatan dalam MoU. Salah satunya adalah soal pembentukan perusahaan patungan (joint venture) PT Harita Sawit Makmur yang tidak melibatkan PT SAA, melainkan dibentuk secara patungan oleh anak perusahaan Harita Groups.

“Pengadaan mesin pabrik sesuai kesepakatan dilaksanakan oleh PT HJR, tetapi ternyata dikontrakkan kepada kepada PT Pancakarsa Bagun Reksa yang merupakan rekanan PT HJR,” sebut sumber itu. Hal lain yang juga diabaikan PT HJR adalah saat pembangunan fisik pabrik dilakukan beberapa bulan lalu. Sesuai kesepakatan, pembangunan dilaksanakan oleh PT SAA, namun ternyata PT HJR juga berkeinginan membangun pabrik. “Bila keinginan itu dilaksanakan, maka saham daerah akan menciut atau tidak sesuai dengan kesepakatan semula,” tambah sumber itu.

Kesepakatan kerja sama antara PT SAA dan PT HJR itu dilakukan pada tanggal 3 September 2010. Dalam pelaksanaannya, kedua pihak sepakat mendirikan perusahaan patungan (joint venture) yang dinamakan PT Harita Sawit Makmur. PT HJR memiliki komposisi saham 59 persen dan PT SAA 41 persen dari rencana investasi awal sekitar Rp 92 miliar. Dalam hal ini, dana yang dimiliki PT SAA sebesar Rp 30 miliar, yang merupakan dana Otsus 2011. Dana tersebut digunakan dalam bentuk pekerjaan sipil atau pembangunan prasarana dan sarana pendukung pembangunan pabrik.

Rampung 80 persen
Sementara itu, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Kadishutbun) Abdya, Ir Muslim Hasan MSi, selaku Kuasa Pengguna Anggaran Otsus APBA 2010, menjelaskan bahwa pembangunan prasara dan sarana pendukung pabrik saat ini sudah rampung 80 persen. “Dana yang terserap sebesar Rp 22 milliar dari total anggaran Rp 30 miliar,” sebutnya saat dihubungi secara terpisah. Pembangunan sarana penunjang dimaksud, antara lain seperti pembangunan bangunan untuk mesin, bangunan pagar lokasi,jalan dalam lokasi, perumahan, dan bangunan perkantoran.(nun/tz)

Sumber : Serambinews.com

Rabu, 04 Mei 2011

Harga Cokelat Turun, Pinang Naik

Thu, Mar 24th 2011, 09:10

BLANGPIDIE - Harga cokelat (kakao) di kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) dua hari terakhir bergerak turun. Dari Rp 22.000 hingga Rp 24.000 per kilogram menjadi Rp 20.000 hingga Rp 22.000. Sebaliknya, pinang justeru naik dari Rp 5.000 per kilogram menjadi Rp 6.000 sampai Rp 7.500.

Gejolak harga yang terjadi itu menurut penampung hasil bumi, Mulyadi SE, terjadi karena bergantung pada harga pasaran Medan. Kondisi ini tidak hanya terjadi untuk cokelat dan pinang, namun juga pada semua komoditas seperti pala dan cengkeh.

“Pala sampai sekarang masih bertahan dikisaran Rp 16.000 per kilogram, cengkeh yang mulai langka di Abdya juga masih berada di level Rp 40.000 per kilonya,” sebut pemilik UD Alwi ini.(tz)

Sumber : Serambinews.com

Selasa, 03 Mei 2011

Musrenbang Abdya, Bupati Minta Sinkronisasi Program Provinsi dan Kabupaten

Sat, Mar 19th 2011, 09:49

BLANGPIDIE - Bupati Aceh Barat Daya (Abdya) Akmal Ibrahim SH mengharapkan adanya sinkronisasi antara program Pemerintah Provinsi Aceh dengan program Pemerintah Kabupaten Abdya.Provinsi juga diminta mendukung kegiatan khusus yang dilaksanakan di kabupaten. Harapan tersebut dikemukakan Bupati Akmal Ibrahim saat membuka Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kabupaten Abdya tahun 2012 di Gedung DPRK setemat, Kamis (17/3).

Pembukaan Musrenbang tersebut dihadiri Ketua Bappeda Aceh diwakili Kabid Ekonomi, Ir Bastian, Wakil Bupati Abdya, Syamsurizal, Ketua DPRK, M Yusuf, Dandim 0110 Letkol Arm E Dwi Karyno AS, Kapolres AKBP Drs Subakti, Ketua MPU, Tgk H Abdurrahman Badar, Ketua Bappeda Abdya, Edi Darmawan S Sos MM. Terkait sinkroniasi program tersebut, Bupati Akmal Ibrahim mencontohkan, bantuan bibit kepada petani, bersumber dari APBK Abdya, APBA dan APBN (Kementerian Pertanian). “Kami menerima protes dari petani karena ada bibit padi tidak memenuhi standar kualitas, varietas yang disalurkan tidak cocok dikembangkan di Abdya,” katanya.

Ia mengatakan, varietas benih yang dikembang petani di Abdya terutama Cegelis, di samping Impari, karena sudah terbukti keberhasilannya. Sementara Ketua Beppeda Aceh diwakili Ir Bastian mengharapkan, Musrenbang yang dilaksanakan dapat menjadi wadah untuk menjaring aspirasi dalam rangka menetapkan kerangka pembangunan ke depan. Terhadap target yang belum dicapai ditekankan agar menjadi fokus pembahasan. Sebelumnya, Ketua Beppeda Abdya, Edi Darmawan S Sos MM melaporkan kegiatan Musrenbang 2012 berlangsng dua hari, Kamis-Jumat (17-18/3). Diikuti sekitar 140 peserta dari Bappeda, Dinas, Badan dan kantor, para kabag, para camat, anggota DPRK, kepala Puskesmas, Kepala SMU/SMP, unsur Orsos, MPD, MPU/MAA/Baitul Mall, koperasi dan organisasi profesi dan dunia usaha, tokoh agama/pesantren, imum mukim, para keuchik, tuha peut, dan ketua pemuda.(nun)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 02 Mei 2011

Ratusan Hektare Sawah di Padang Sikabu Kekeringan

* Diusulkan Pemisahan Saluran Air
Sat, Mar 19th 2011, 09:44

BLANGPIDIE – Ratusan hektare areal persawahan di Kemukiman Padang Sikabu dan sebagian Kemukiman Krueng Batee, Kecamatan Kuala Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), sejak sepekan terahir ini dilaporkan mengalami kekeringan yang sangat luar biasa. Kondisi itu terjadi akibat debit air yang mengalir dari irigasi setempat semakin berkurang dan tak mampu lagi memenuhi kebutuhan air untuk areal persawahan dan Balai Benih Ikan (BBI) milik Pemkab Abdya yang berlokasi di Perbukitan Hijau Dusun Ingin Jaya, Gampong Persiapan Drieng Beurembang, Kemukiman Krueng Batee kecamatan sama.

Sekretaris Komsi C DPRK Abdya, Zaman Akli, yang mengaku telah meninjau langsung ke lokasi bersama Ketua Komisi C DPRK Abdya M Nasir SH kepada Serambi, Kamis (17/3) membenarkan bahwa sejak sepekan terakhir ini ratusan hektare areal persawahan warga di kemukiman di maksud mengalami kekeringan. “Menurut pengakuan masyarakat tidak terpenuhinya kebutuhan air untuk areal persawahan mereka karena sebagian besar air yang bersumber dari irigasi dimaksud mengalir ke BBI. Untuk itu kita berharap kepada Pemkab Abdya untuk segera mencari solusi bijak terhadap persoalan yang dialami masyarakat petani di kemukiman itu. Dengan harapan BBI tetap jalan, kebutuhan air untuk masyarakat juga tak terganggu,” papar Zaman Akli.

Dia mengatakan, jika persoalan itu tidak segera ditangani maka kemungkinan besar program tanam serentak yang digagas Bupati Akmal Ibrahim tak bisa berjalan maksimal. “Jika kekeringan seperti ini terus berlanjut dengan sendirinya akan mempengaruhi proses tanam serentak. Imbasnya hasil produkt padi yang diperoleh juga akan berkurang dari biasanya,” tambah Zaman Akli. Untuk itu dia bersama Ketua Komisi C, M Nasir SH, mengusulkan sebuah solusi kepada Pemkab Abdya dengan cara melakukan pemisahan saluran kebutuhan air untuk BBI dan saluran untuk areal persawahan rakyat. Sebab menurutnya selama ini terjadi tuding menuding antara masyarakat dengan BBI. Masyarakat menganggap air banyak mengalir ke BBI dan BBI sendiri menganggap air banyak dipasok untuk areal persawahan masyarakat.

“Sekarang masyarakat mengklaim bahwa air banyak mengalir ke komplek BBI. Sedangkan pihak BBI sendiri mengklaim bahwa air yang bersumber dari irigasi setempat banyak mengalir ke areal persawahan warga. Sehingga keduanya saling menyalahkan. Untuk itu perlu dilakukan pemisahan saluran irigasi sehingga antara masyarakat dan BBI tak saling menyalahkan,” ujar Zaman Akli lagi.

Mukim Padang Sikabu, Alrabi yang dikonfirmasi Serambi secara terpisah juga mengaku bahwa sejak sepekan terakhir telah terjadi krisis air sawah yang luar biasa di kemukiman tersebut. Kondisi itu menurutnya terjadi akibat sebagian air dari irigasi mengalir ke tambak ikan warga di kawasan Gampong Persiapan Drieng Beurembang, Kemukiman Krueng Batee kecamatan sama. “Pemilik tambak ikan di gampong dimaksud juga memanfaatkan air irigasi dimaksud untuk kolam ikan mereka, sehingga air yang mengalir begitu deras dari irigasi tersebut sebagiannya tersuplai ke kolam ikan mereka,” katanya.

Untuk itu dia berharap Camat, Keujrun Blang, pihak BBI dan masyarakat pemilik tambak untuk duduk bersama mencari solusi terhadap permasalahan tersebut. “Dengan demikian, pemilik tambak tak dirugikan, masyarakat dan BBI juga bisa menjalankan kegiatannya sebagaimana yang diharapkan tanpa ada pihak yang merasa dirugikan,” papar Alrabi. Sementara itu Camat Kuala Batee, Erwandi SKM yang dihubungi Serambi via telepon selulernya berjanji dalam waktu dekat akan menggelar musyawarah guna mencari solusi terhadap persoalan tersebut. “Musyawarah itu sendiri nantinya akan melibatkan, Keujrung Blang, Aneuk Blang, pihak BBI,Keuchik dan Mukim. Dengan demikian akan lahir sebuah solusi, gagasan dan jalan keluar terhadap persoalan yang sedang dialami masyarakat petani tersebut,” demikian kata Erwandi.(tz)

Sumber : Serambinews.com

Intensitas Semburan Gas Berapi di Abdya Mulai Menurun

Fri, Mar 18th 2011, 08:38

BLANGPIDIE – Intensitas semburan gas campur api yang keluar dari sebuah lubang berbentuk kawah mini di kilometer 10 lintasan jalan Gampong Ie Mirah, Kecamatan Babahrot menuju Terangon, Kabupaten Gayo Lues, dilaporkan mulai menurun. Kendati demikian, warga asal Terangon, yang baru mengetahui informasi tersebut Kamis (17/3) juga dibuat penasaran dan memilih menyaksikan langsung lokasi semburan gas tersebut

“Pantauan kami sekira pukul 08.00 WIB, intensitas semburan gas campur api masih seperti kemarin, dan banyak warga Terangon turun ke kilometer 10 untuk menyaksikan kejadian yang dinilai langka dan aneh tersebut. Namun sekira pukul 14.30 WIB saya memperoleh informasi dari masyarakat yang memantau perkembangan api dimaksud katanya sudah mulai menurun,” papar T Mahiddin, salah seorang warga Babahrot, kepada Serambi, Kamis (17/3).

T Mahiddin mengaku bahwa sebagian masyarakat setempat meyakini bahwa di lokasi tempat munculnya api itu terdapat kandungan batu bara yang konon menurut informasi yang diterima masyarakat setempat pernah disurvei oleh dinas terkait.

Komandan Koramil (Danramil) Babahrot, Lettu Inf M Musa yang dikonfirmasi Serambi terpisah secara membenarkan bahwa intensitas semburan gas itu mulai menurun. Informasi tersebut diperolehnya dari anggotanya yang turun ke lokasi pagi kemarin.

“Ya benar, anggota kita yang turun ke lokasi tadi pagi juga melaporkan bahwa intensitas semburan api dari lubang berbentuk kawah mini itu mulai menurun. Namun kami tidak bisa memastikan banyak atau tidaknya pengunjung yang datang ke lokasi pascakejadian itu. Sebab anggota kita hanya turun untuk mengecek perkembangannya,” papar Lettu Inf M Musa.

Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Abdya, Drs Ikhsan kepada Serambi, Rabu (16/3) kemarin, menjelaskan bahwa semburan gas bercampur api yang keluar dari sebuah lubang berbentuk kawah mini itu tidak akan berbahaya dan berdampak terhadap lingkungan sekitardan. Sebab kandungan yang berada lubang tersebut hanyalah kandungan gas Methane yang sifatnya tidak bisa bertahan lama.

“Itu sebuah fenomena alam biasa, kemungkinan kandungan gas methane yang menyembur ke luar sehingga memunculkan api. Biasanya akan terus menurun aktifitasnya seiring kandungan gas yang keluar. Kendati demikian kita akan tunggu perkembangannya selama sepuluh hari, jika api terus membesar maka kita akan menurunkan tim ahli untuk meneliti kandungan apa yang tersimpan di lubang tersebut,” papar Ikhsan.(tz)

Sumber : Serambinews.com

Semburan Gas Berapi Hebohkan Warga Abdya

Thu, Mar 17th 2011, 10:27
* Disinyalir Mengandung Metana


Warga melihat semburan api yang keluar dari sebuah lubang yang berbentuk kawah kecil di lintasan jalan Gampong Ie Mirah, Kecamatan Babahrot menuju Terangon, Gayo Lues, Selasa (15/3). SERAMBI/TAUFIK ZAS

BLANGPIDIE – Masyarakat di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), khususnya di Kecamatan Babahrot, sempat heboh dan terkesima saat mendapati sebuah kejadian aneh: api menyembur dari sebuah lubang berbentuk kawah mini di lintasan jalan Gampong Ie Mirah, Kecamatan Babahrot menuju Terangon, Gayo Lues, sejak Selasa (15/3).

Semburan api di kilometer 10 itu menjulang hingga 2-3 meter. Kedalamannya delapan meter. Yang pertama menyaksikannya adalah seorang pria penggalas ikan (mugee ungkot) asal Abdya yang pulang dari Terangon pada Selasa (15/3) pukul 20.30 malam.

Informasi yang disampaikan penggalas ikan itu dengan cepat berkembang dari mulut ke mulut. Sehingga pada malam itu juga unsur Muspida Abdya yang terdiri atas Bupati Akmal Ibrahim SH, Kapolres AKBP Drs Subakti, dan Dandim Letkol ARM E Dwi Karyono turun ke lokasi untuk memastikan informasi yang beredar di tengah masyarakat.

Ternyata benar, ada semburan api yang keluar dari kawah mini itu. Semburan panas itu diduga mengandus gas metan (methane). Menurut pengakuan warga sekitar kepada Serambi di lokasi Rabu (16/3), lubang yang menyemburkan gas campur api itu berada di lahan milik M Adam (45), warga Gampong Ie Mirah. Letaknya berada di lokasi kawasan hutan lindung Km 10 lintasan Ie Mirah–Terangon.

Temuan itu sempat menimbulkan kekhawatiran di kalangan warga setempat, karena diperkirakan bisa memicu terjadinya kebakaran di kawasan hutan lindung tersebut.

Namun, setelah diamati dengan saksama, ternyata api yang menyembur dari lubang sedalam delapan meter itu tidak menyebar dan menimbulkan kebakaran di lingkungan sekitarnya. “Pada malam itu juga unsur muspika dan muspida turun langsung ke lokasi untuk mengantisipasi munculnya dampak-dampak yang tidak diinginkan,” kata Hasbi (37), warga Ie Mirah, kepada Serambi.

M Adam (45), pemilik lahan tersebut mengaku, munculnya api di lubang tersebut sangat mengagetkannya, karena ini yang pertama terjadi di lahan tersebut. Sejauh ini dia tak yakin kalau di lahan miliknya itu terkandung minyak bumi ataupun gas alam cair, karena semburan api dari lubang itu tidak mengeluarkan aroma gas ataupun bahan kimia lainnya.

Menurut M Adam, sebelum api menyembur di lokasi itu dia sempat membakar semak di areak tersebut. “Bisa saja api menjalar ke lubang tersebut karena mungkin ada kandungan batu baranya,” ujar Adam.

Fenomena biasa
Kepala Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Abdya, Drs Ikhsan yang dihubungi Serambi terkait kejadian di Babahrot itu mengatakan, semburan api dari kawah mini itu merupakan fenomena alam biasa.

Ia menduga, kandungan gas yang ada di lokasi itu memiliki tekanan (pressure) tertentu, sehingga menyebabkan munculnya hole (lubang) dan mengeluarkan api akibat aktivitas yang memang dianggap alamiah. Namun demikian, pihaknya akan melakukan survei untuk meneliti lebih jauh fenomen alam tersebut.

“Kendati demikian, kita akan tunggu perkembangannya sepuluh hari. Jika api terus membesar, maka kita akan turunkan tim ahli untuk meneliti kandungan apa yang sebenarnya tersimpan di lubang tersebut,” tambah Ikhsan.

Sejauh ini, lanjut Ikhsan, data yang ia terima kandungan gas tersebut masih dalam volume yang sangat kecil, sehingga kalau dieksploitasi untuk tujuan ekonomis masih terlalu dini. “Perlu dilakukan pengkajian yang lebih detail,” ujar Drs Ikhsan. (tz)

Sumber : Serambinews.com

Pengaspalan Jalan Lintas Abdya-Gayo Lues Baru 8 Km

Thu, Mar 17th 2011, 08:34

BLANGPIDIE - Proyek pengaspalan jalan lintas Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) dengan Kabupaten Gayo Lues, hingga kini baru rampung sepanjang delapan kilometer. Kendati demikian jalan lintasan kabupaten itu sudah dapat dilalui kendaraan roda dua maupun roda empat, walaupun para pengendara harus esktra hati-hati melalui sebagaian ruas jalan yang belum beraspal dan di penuhi kerikil itu.

Amatan Serambi, Rabu (16/3), sepanjang delapan kilometer ruas jalan tersebut telah siap diaspal dengan kualitas hotmix, namun demikian sebagian titik di ruas jalan yang sudah di aspal itu terlihat dibongkar ulang karena kualitasnya kurang bagus. Ruas jalan yang menghubungkan dua kabupaten bertetangga itu dibuka sejak era 90-an, namun kurang berfungsi lantaran masih terdapat tanjakan tinggi sepanjang jalan. Tapi, sekarang, jalur tengah yang membentang dari Babahrot di Abdya dan Terangon di Gayo Lues sepanjang 76 kilometer itu, dilaporkan sudah dapat ditempuh selama 2,5 jam dengan kendaraan roda empat.

“Pengendara roda dua yang melintasi jalan tersebut dituntut ekstra hati-hati karena kerikir yang berserakan di badan jalan yang belum teraspal itu bisa saja menyeret mereka ke jurang dan ke badan jalan. Sedangkan titik longsor sejauh ini belum ditemukan,” papar seorang warga yang mengaku baru pulang dari Terangon tujuan Kuala Batee.

Camat Babahrot, Agussalim SPd, yang dikonfirmasi Serambi, Rabu (16/3) membenarkan bahwa disebagian titik badan jalan tersebut terlihat telah dilakukan pembongkaran ulang guna diperbaiki kembali. Dia mensinyalir pembongkaran itu dilakukan karena telah mendapat teguran dari dinas terkait.

“Mengenai siapa rekananya dan panjang jalan yang akan di aspal saya tidak tahu karena mereka tak pernah melapor kepada kami. Sedangkan mengenai pembogkaran beberapa titik badan jalan itu benar adanya dan saya juga sudah melihatnya langsung saat melihat semburan api di kawasan kilometer 10,” papar Camat Agussalim.

Dalam kesempatan itu dia juga menghimbau kepada rekanan pelaksana proyek dimaksud untuk tidak mengerjakannya asal jadi, karena jalan tersebut merupakan sebuah jalur transportasi yang sangat diidam-idamkan oleh masyarakat Abdya, dan Gayo Lues untuk memudahkan hubungan transportasi masyarakat setempat. Masyarakat pengguna jalan dimaksud berharap kepada pihak rekanan untuk segera merampungkan proses pengaspalan jalan dimaksud, karena selesainya jalan tersebut akan mempermudah arus transportasi menuju kabupaten tersebut.(tz)

Sumber : Serambinews.com

Bertambah, Jumlah Gampong di Abdya

Thu, Mar 17th 2011, 08:30

BLANGPIDIE- Jumlah Desa/Gampong di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) akan bertambah menjadi 149 menyusul diresmikan desa/gampong persiapan oleh bupati setempat, akhir-akhir ini. Pembentukan pemerintahan desa yang baru bertujuan untuk mempermudah birokrasi dan peningkatan pelayanan bagi masyarakat.

Kabag Pemerintahan Umum Setdakab Abdya, Ikhwansyah TA SH dihubungi Serambi, Rabu (16/3) menjelaskan, peresmian gampong persiapan atau pemekaran dari desa induk yang dilakukan Bupati Akmal Ibrahim belakangan ini berdasarkan permintaan masyarakat setempat.

Tujuannya, mempermudah atau memperpendek birokrasi pemerintahan gampong/desa sehingga bisa memberikan pelayanan lebih maksimal kepada masyarakat. Berdasarkan permintaan masyaraka yang disampaikan melalui surat, Bupati menurunkan tim dari unsur terkait untuk melihat kesiapan, terutama persyaratan yang telah dipenuhi daerah bersangkutan menuju kemandirian.

Hingga saat ini, kata Ikhwansyah TA, Bupati Abdya telah meresmikan 14 gampong/desa persiapan dari 17 permohonan yang diproses. Selasa (15/3) lalu diresmikan Gampong/Desa Persiapan Jeumpa Barat dan Gampong/Desa Persiapan Alue Seulaseh, Kecamatan Jeumpa.

Dijadwalkan pada Senin (21/3) mendatang Bupati Akmal Ibrahim meresmikan Gampong/Desa Persiapan Krueng Panto, Kecamatan Kuala Batee. Sementara dua lainnya sedang diproses untuk diresmikan adalah Gampong/Desa Persiapan Alue Dawah dan Gampong/Desa Persiapan Lhok Gayo, Kecamatan Babahrot.

Dengan peresmian persiapan tersebut, kata Ikhwansyah, maka jumlah pemerintahan gampong di Kabupaten Abdya bertambah menjadi 149, terdiri dari 132 desa/gampong definitif dan 17 gampong/desa persiapan.(nun)

Sumber : Serambinews.com