Senin, 02 Mei 2011

Ratusan Hektare Sawah di Padang Sikabu Kekeringan

* Diusulkan Pemisahan Saluran Air
Sat, Mar 19th 2011, 09:44

BLANGPIDIE – Ratusan hektare areal persawahan di Kemukiman Padang Sikabu dan sebagian Kemukiman Krueng Batee, Kecamatan Kuala Batee, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), sejak sepekan terahir ini dilaporkan mengalami kekeringan yang sangat luar biasa. Kondisi itu terjadi akibat debit air yang mengalir dari irigasi setempat semakin berkurang dan tak mampu lagi memenuhi kebutuhan air untuk areal persawahan dan Balai Benih Ikan (BBI) milik Pemkab Abdya yang berlokasi di Perbukitan Hijau Dusun Ingin Jaya, Gampong Persiapan Drieng Beurembang, Kemukiman Krueng Batee kecamatan sama.

Sekretaris Komsi C DPRK Abdya, Zaman Akli, yang mengaku telah meninjau langsung ke lokasi bersama Ketua Komisi C DPRK Abdya M Nasir SH kepada Serambi, Kamis (17/3) membenarkan bahwa sejak sepekan terakhir ini ratusan hektare areal persawahan warga di kemukiman di maksud mengalami kekeringan. “Menurut pengakuan masyarakat tidak terpenuhinya kebutuhan air untuk areal persawahan mereka karena sebagian besar air yang bersumber dari irigasi dimaksud mengalir ke BBI. Untuk itu kita berharap kepada Pemkab Abdya untuk segera mencari solusi bijak terhadap persoalan yang dialami masyarakat petani di kemukiman itu. Dengan harapan BBI tetap jalan, kebutuhan air untuk masyarakat juga tak terganggu,” papar Zaman Akli.

Dia mengatakan, jika persoalan itu tidak segera ditangani maka kemungkinan besar program tanam serentak yang digagas Bupati Akmal Ibrahim tak bisa berjalan maksimal. “Jika kekeringan seperti ini terus berlanjut dengan sendirinya akan mempengaruhi proses tanam serentak. Imbasnya hasil produkt padi yang diperoleh juga akan berkurang dari biasanya,” tambah Zaman Akli. Untuk itu dia bersama Ketua Komisi C, M Nasir SH, mengusulkan sebuah solusi kepada Pemkab Abdya dengan cara melakukan pemisahan saluran kebutuhan air untuk BBI dan saluran untuk areal persawahan rakyat. Sebab menurutnya selama ini terjadi tuding menuding antara masyarakat dengan BBI. Masyarakat menganggap air banyak mengalir ke BBI dan BBI sendiri menganggap air banyak dipasok untuk areal persawahan masyarakat.

“Sekarang masyarakat mengklaim bahwa air banyak mengalir ke komplek BBI. Sedangkan pihak BBI sendiri mengklaim bahwa air yang bersumber dari irigasi setempat banyak mengalir ke areal persawahan warga. Sehingga keduanya saling menyalahkan. Untuk itu perlu dilakukan pemisahan saluran irigasi sehingga antara masyarakat dan BBI tak saling menyalahkan,” ujar Zaman Akli lagi.

Mukim Padang Sikabu, Alrabi yang dikonfirmasi Serambi secara terpisah juga mengaku bahwa sejak sepekan terakhir telah terjadi krisis air sawah yang luar biasa di kemukiman tersebut. Kondisi itu menurutnya terjadi akibat sebagian air dari irigasi mengalir ke tambak ikan warga di kawasan Gampong Persiapan Drieng Beurembang, Kemukiman Krueng Batee kecamatan sama. “Pemilik tambak ikan di gampong dimaksud juga memanfaatkan air irigasi dimaksud untuk kolam ikan mereka, sehingga air yang mengalir begitu deras dari irigasi tersebut sebagiannya tersuplai ke kolam ikan mereka,” katanya.

Untuk itu dia berharap Camat, Keujrun Blang, pihak BBI dan masyarakat pemilik tambak untuk duduk bersama mencari solusi terhadap permasalahan tersebut. “Dengan demikian, pemilik tambak tak dirugikan, masyarakat dan BBI juga bisa menjalankan kegiatannya sebagaimana yang diharapkan tanpa ada pihak yang merasa dirugikan,” papar Alrabi. Sementara itu Camat Kuala Batee, Erwandi SKM yang dihubungi Serambi via telepon selulernya berjanji dalam waktu dekat akan menggelar musyawarah guna mencari solusi terhadap persoalan tersebut. “Musyawarah itu sendiri nantinya akan melibatkan, Keujrung Blang, Aneuk Blang, pihak BBI,Keuchik dan Mukim. Dengan demikian akan lahir sebuah solusi, gagasan dan jalan keluar terhadap persoalan yang sedang dialami masyarakat petani tersebut,” demikian kata Erwandi.(tz)

Sumber : Serambinews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar